Jumat, 27 Agustus 2010

Ber-Puasa-lah Agar Allah Mencintaimu dan Engkau Pasti Bahagia

Allah ta’ala telah berfirman
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang mus lim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang men jaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, A llah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Ahz ab : 35).
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 184).
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (183) (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi ma kan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan1 14, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kam u mengetahui (184) ” . (QA. Al Baqarah 183 – 184)
Sungguh nikmat rasanya apabilah kita dicintai seseorang b aik itu suami terhadap istri maupun istri terhadap suaminya, dicintai dalam kelu arga, masyarakat dan atau oleh seseorang yang kita cintai namun tiada banding de ngan cintanya Allah yang diberikan kepada kita dan mahkluknya pada umumnya. Tumb uhnya cinta karena adanya rasa memiliki namun sayang apabila rasa ingin memiliki itu bukan dari hati melainkan nafsu ketertarikan terhdap sesuatu tanpa menyadar i sipemiliknya yang akhirnya dapat menimbulkan masalah, sakit hati misalnya (eep pp kok kesini).
Sungguh, cinta Allah itu Maha Agung, di bulan ramadhan, bulan ya ng penuh nikmat, pentunjuk dan ampunan, bulan yang suci ini mari kita lebih memb enahi diri dan lebih mendekatkan diri pada Allah azza wa Jalla karena Dia lah pe milik segalanya, sunggu malu jika kita sudah banyak diberi nikmat namun masih me rasa kurang dan tak mensyukuri atas nikmat yang Allah berikan kepada kita. Semog a disisa umur yang Allah berikan kepada kita dapat kita manfaatkan untuk semata- mata karena Allah atas apa yang kita kerjakan dan tentunya semakin baik niat dan langkah kita.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan dala m sunnahnya bahwasannya puasa merupakan benteng dari hawa nafsu syahwat, penangk al dari sambaran api neraka, dan Allah ta’ala telah mengkhususkannya sebagai nama salah satu pintu surga. Berikut ini merupakan diantara keutamaan berpuasa:
1. Puasa Sebagai Perisai
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada orang yang diliputi nafsu birahi untuk menikah. Jika dia tidak mampu untuk melaksanakannya, maka ia diperintahkan berpuasa untuk mengekang nafsu sya hwatnya. Sebab puasa bisa menahan gejolak anggota tubuh dengan kelemahannya sehingga dapat mengekangnya dari tindakan yang menyimpang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu (ba’ah), maka hendaknya dia menikah, karena menikah itu dap at menjaga pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu untuk menikah, maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa itu bisa menjadi perisa i baginya” (HR. Bukhari no. 4779 dan Muslim no. 1400 dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga telah menjelas kan bahwa surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan nerak a dikelilingi oleh berbagai kesenangan syahwat. Oleh sebab itu, jelaslah kiranya bagi kita bahwa puasa itu dapat mementahkan syahwat dan menumpulkan ketajamann ya yang bisa mendekatkan kepada api neraka, dan puasa itu bisa menjadi penyekat antara orang yang berpuasa dengan neraka. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
“Puasa itu adalah perisai yang dapat melindungi diri se orang hamba dari api neraka” (HR. Ahmad no. 15299; hasan lighairihi. Lihat Shahih At-Targhib no. 981).
Dan tentunya, hanya puasa yang ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya sajalah yang dapat menjadi perisai dari api neraka.
2. Pu asa Dapat Memasukkan Seseorang ke dalam Surga
Sebagaimana telah disebutkan sebel umnya bahwa puasa itu dapat menjauhkan diri dari api neraka, yang otomatis mende katkan dapat pelakunya kepada surga, bi-idznillaah.
Diriwayatkan dari Abu Umamah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amala n yang dapat memasukkan aku ke dalam surga”. Maka Rasulullah shallallaahu ‘ alaihi wasallam pun menjawab : “Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu tida k ada tandingan (pahala)-nya” (HR. Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 2530, Ibnu Hib ban dalam Al-Mawarid hal. 232, dan Al-Hakim no. 1533 dengan sanad shahih. Lafadh ini adalah milik Ibnu Hibban. Lihat Shahih Sunan An-Nasa’i no. 2097).
3. Or ang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala Tak Terhitung Nilainya.
4. Orang yan g Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan.
5. Bau Mulut Orang yang Berpuasa Lebih Harum di Hadapan Allah Ta’ala daripada Bau Misk (Kesturi).
Dari Abi Hura irah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : Telah berfirman Allah ta’ala (merupakan hadits qudsi) :
Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, sesungguhnya pu asa itu untuk-Ku dan Aku akan memberi pahala atasnya. Puasa itu adalah perisai, maka pada saat berpuasa hendaknya seseorang diantara kamu tidak melakukan rafat s (yaitu : berjima’ dan berbicara keji – Pent.) dan tidak juga membuat kegaduhan. Jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan,”Sesungg uhnya aku berpuasa”. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesu ngguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada ba u minyak kesturi di hari kiamat. Dan bagi orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabbnya, ia gembir a dengan puasanya (HR. Bukhari no. 1805 dan Muslim no. 1151).
6. Puasa dan Al-Qu r’an akan Memberi Syafa’at Bagi Orang Yang Menjalankannya
Rasulullah shallal laahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti.
Puasa akan berkata :
Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat di waktu siang, karenanya perkenank anlah aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.
Dan Al-Qur’an berkata :
Saya telah melarangny a dari tidur di malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at k epadanya”. Beliau bersabda,”Maka syafa’at keduanya diperkenankan. (HR. Ah mad No.6626, Al Hakim No. 2036, dan Abu Nu’aim 8/161 dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma; hasan shahih. Lihat Shahih At-Targhib No. 984).
7. Puasa Sebagai Kaffarat (Penebus Dosa)
Diantara keutamaan yang hanya dimiliki oleh ibadah puasa adalah bahwa Allah ta’ala telah menjadikan pu asa sebagai penebus dosa bagi orang yang mencukur kepala dalam ihram karena ada halangan baginya, baik karena sakit atau karena gangguan yang terdapat pada kepa la (lihat QS. Al-Baqarah : 196). Dan puasa juga dapat menjadi kaffarat karena tidak mampu memotong hewan kurban (QS. Al-Baqarah : 196), membunuh seseorang yang berada dalam perjanjian karena kesalahan atau tidak sengaja (QS. An Nisaa’ : 92), melanggar s umpah (QS. Al-Maaidah : 89), membunuh binatang buruan pada saat ihram (QS. Al-Ma aidah : 95), dan zhihar (QS. Al-Mujaadilah : 3-4).
Demikian halnya dengan puasa dan shadaqah, keduanya berperan serta dalam penebus pelanggaran dosa seseorang, baik di dalam keluarga, harta, atau tetangga. Dari Hudzaifah bin Yaman radliyal laahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasa llam :
Fitnah (ujian) seseorang dalam keluarga (istri), harta, anak, dan tetangganya dapat ditutupi dengan shalat, puasa, dan shadaqah. (HR. Bukhari no. 502 dan Muslim no. 144).
8. Ar-Rayyan Disediakan Bagi Orang-Orang yang Berpuasa
Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama Ar-Rayyaan. Dari pintu tersebut orang-orang yang berpuasa akan masuk di hari kiamat nanti dan ti dak seorang pun yang masuk ke pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa.
Dikatakan kepada mereka: Dimana orang-orang yang berpuasa?
Maka mereka pun masuk melaluinya. Dan apabila orang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu ters ebut ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk melalui pintu tersebut. (B arangsiapa yang masuk, maka ia akan minum minuman surga. Dan barangsiapa yang mi num minuman surga, maka ia tidak akan haus selamanya) (HR. Bukhari no. 1797 dan Muslim 1152, dan tambahan terakhir — di dalam kurung — adalah riwayat dari Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya N o.1902)
Di salin dan di edit dari Abu Al-Jauzaa’

Rumah Tangga Yang Islami

Rumah tangga yg islami adalah rumah tangga yg di dalamnya terdapat nilai-nilai syariat islam, yg dijalankan oleh anggota keluarga tsb. Untuk mewujudkan sebuah rumah tangga islami, ada beberapa hal yg harus qt perhatikan. Hal-hal yg harus qt perhatikan dlm sebuah rumah tangga islami adalah:

A - Rumah islami adalah rumah orang-orang yg selalu menyucikan diri dan senantiasa mengingat Allah. Rumah yg di dalamnya ditegakkan penghambaan kpd Allah, tanpa mempersekutukan-Nya dg sesuatupun. Setiap penghuni rumah mengutamakan amal sholeh dan selalu mengingat Allah kapan dan dimana saja ia berada.

B - Rumah yg didirikan untuk menegakkan kedaulatan Allah di muka bumi serta menjadi tempat untuk mewujudkan syariat islam dlm setiap aspek kehidupan para penghuninya.

C - Penghuni rumah menyadari bahwa rumah tersebut hanyalah tempat sementara, selama ia menabung amal sholeh sebagai bekal untuk di akhirat kelak. Para penghuni rumah tersebut lebih menginginkan dan selalu merindukan rumah yang kekal (surga) di sisi Allah.

D - Rumah yg dipenuhi dengan kalam Allah, krn para penghuninya rajin untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat suci Al Qur’an.

E - Rumah yg di dalamnya penuh dengan akhlak islami, yg diperlihatkan olh semua anggota keluarga. Anak-anak berbakti pada orang tua, orang tua mendidik anak-anaknya dengan penuh nuansa islami,

F - Rumah yg kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya anak-anak yang sehat, baik jasmani maupun rohaninya.

G - Rumah yg dihuni oleh istri dan ibu yg sholehah, yg menjadi tumpuan dan sumber kasih sayang keluarga.

H - Rumah yg menjadikan tetangganya aman dan senang bersilaturahmi dengan para penghuni rumah tersebut.

I - Rumah yg penuh berkah, yang tidak melalaikan penghuninya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Jika qt lihat, alangkah sederhananya sebuah rumah tangga yg islami. Namun, mewujudkannya tidaklah mudah, Setiap anggota keluarga harus terlibat aktif dalam usaha untuk mewujudkan sebuah rumah tangga yg islami. Dari rumah tangga islami seperti inilah, maka keluarga sakinah akan dapat terwujud, Semoga rumah tangga kita menjadi sebuah rumah tangga yg islami, yg diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT. Amin

Nasaihul Ibad

Penyebab Terputusnya Silaturrahim

Ada duapuluh faktor yang menyebabkan terputusnya silaturrahim, di antaranya ialah:

1 - Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat buruk yang akan dideritanya dalam kehidupan dunia maupun akhirat akibat memutuskan silaturrahim, telah menyebabkannya melakukan pemutusan silaturrahim ini. Sebagaimana juga ketidaktahuan seseorang tentang keutamaan silaturrahim, membuat dia malas dan kurang semangat melakukannya.

2 - Orang yang melemah ketakwaan serta agamanya, maka dia tidak akan peduli dengan perbuatannya yang memotong sesuatu yang mestinya disambung. Dia tidak pernah tergiur dengan pahala silaturrahim yang dijanjikan Allah serta tidak merasa takut dengan akibat dari pemutuskan silaturrahim ini.

3
- Sebagian orang, jika sudah mendapatkan kedudukan yang tinggi , dia berubah sombong kepada keluarga dekatnya. Dia menganggap ziarah kepada keluarga merupakan kehinaan, begitu juga usaha merebut hati mereka, dianggapnya sebagai kehinaan. Karena ia memandang, hanya dirinya saja yang lebih berhak untuk diziarahi dan didatangi.

4 - perpisahan yang lama. Ada juga orang yang terputus komunikasi dengan keluarga dekatnya dalam waktu yang lama, sehingga dia merasa terasingkan dari mereka. Mula-mula dia menunda-nunda ziarah, dan itu terulang terus sampai akhirnya terputuslah hubungan dengan mereka. Dia pun terbiasa dengan terputus dan menikmati keadaannya yang jauh dari keluarga.

5 - Ada sebagian orang, jika dikunjungi oleh sebagian anggota keluarganya setelah terpisah sekian lama, dia menghujani saudaranya itu dengan hinaan dan celaan. Karena dinilai kurang dalam menunaikan haknya dan dinilai terlambat dalam berkunjung. Akibatnya, muncul keinginan menjauh dari orang yang suka mencela ini dan merasa takut untuk menziarahinya lagi karena khawatir dicela.

6 - Ada orang, jika dikunjungi oleh sanak familinya, dia terlihat membebani dirinya untuk menjamunya secara berlebihan. Dikeluarkannya banyak harta dan memaksa diri untuk menghormati tamunya, padahal dia kurang mampu. Akibatnya, saudara-saudaranya merasa berat untuk berkunjung kepadanya karena khawatir menyusahkan tuan rumah.

7
- Ada orang, jika dikunjungi oleh saudaranya, dia tidak memperlihatkan kepeduliannya. Dia tidak memperhatikan omongannya. Bahkan kadang dia memalingkan wajahnya saat diajak bicara. Dia tidak senang dengan kedatangan mereka dan tidak berterima kasih. Dia menyambut para pengunjung dengan berat hati dan sambutan dingin. Ini akan mengurangi semangat untuk mengunjunginya.

8
- Ada sebagian orang, jika diberi rezeki oleh Allah berupa harta atau wibawa, dia akan lari menjauh dari keluarga dekatnya, bukan karena ia sombong. Dia lebih memilih menjauhi mereka dan memutuskan silaturrahim daripada membukakan pintu buat kaum kerabatnya, menerima mereka jika bertamu, membantu mereka sesuai dengan kemampuan dan meminta maaf jika tidak bisa membantu. Padahal, apalah artinya harta jika tidak bisa dirasakan oleh kerabat!

9 - Terkadang ada harta warisan yang belum dibagi di antara ahli waris; entah karena malas atau karena ada yang membangkang. Semakin lama penundaan pembagian harta warisan, maka semakin besar kemungkinan akan menyebarnya permusuhan dan saling membenci di antara mereka. Karena ada yang ingin mendapatkan haknya untuk dimanfaatkan, ada juga ahli waris yang keburu meninggal sehingga ahli warisnya sibuk mengambil haknya mayit yang belum diambilnya, sementara yang lain mulai berburuk sangka kepada yang lainnya. Akhirnya perkara ini menjadi ruwet dan menjadi kemelut yang mengakibatkan perpecahan serta membawa kepada pemutusan silaturrahim.

10 - Sebagian orang bekerjasama dengan saudaranya dalam suatu usaha atau PT tanpa ada kesepakatan yang jelas. Ditambah lagi, dengan tidak adanya tranparansi. Usaha ini terbangun hanya berdasarkan suka sama suka dan saling mempercayai. Jika hasilnya mulai bertambah serta wilayah usahanya semakin melebar, mulai timbul benih perselisihan, perbuatan zhalim mulai mengemuka dan mulai timbul prasangka buruk kepada yang lain. Terutama jika mereka ini kurang bertakwa dan tidak memiliki sifat itsar (yaitu sifat lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya), atau salah seorang di antara mereka keras kepala atau salah seorang di antara mereka ini lebih banyak modalnya dibandingkan yang lainnya. Dari suasana yang kurang sehat ini, kemudian hubungan semakin memburuk, perpecahan tak terelakkan, bahkan mungkin bisa berbuntut ke pengadilan. Akhirnya di persidangan mereka saling mencela.

Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad: 24)

11 - Orang yang rakus dunia seakan tidak memiliki waktu lagi untuk menyambung silaturrahim dan untuk berusaha meraih kecintaan kerabatnya.

12
- Kadang perceraian tak terelakkan antara suami istri yang memiliki hubungan kerabat. Ini menimbulkan berbagai macam kesulitan bagi keduanya, entah disebabkan oleh anak-anak atau urusan-urusan lain yang berkaitan erat dengan perceraian atau sebab yang lain.

13 - Kadang ada keluarga yang berjauhan tempat tinggalnya dan jarang saling berkunjung, sehingga merasa jauh dengan keluarga dan kerabatnya. Jika ingin berkunjung ke kerabat, tempat ia yang tuju itu terasa sangat jauh. Akhirnya jarang ziarah.

14 - Rumah yang berdekatan juga bisa mengakibatkan keretakan dan terputusnya silaturrahim. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Perintahkanlah kepada para kerabat agar saling mengunjungi bukan untuk saling bertetangga.” Al Ghazali mengomentari perkataan Umar ini, “Beliau mengucapkan perkataan ini, karena bertetangga bisa mengakibatkan persaingan hak. Bahkan mungkin bisa mengakibatkan rasa tidak suka dan pemutusan silaturrahim.” Aktsam bin Shaifi mengatakan, “Tinggallah di tempat yang berjauhan, niscaya kalian akan semakin saling mencintai.” Kadang juga, kedekatan ini menimbulkan masalah. Misalnya, problem yang terjadi antara anak dengan anak bisa merembet melibatkan orang tua. Masing-masing membela anaknya, sehingga menimbulkan permusuhan dan menyebabkan pemutusan silaturrahim.

15 - Ada sebagian orang yang tidak sabar dalam menghadapi masalah kecil dari kerabatnya. Terkadang hanya disebabkan oleh kesalahan kecil, dia segera mengambil sikap untuk memutuskan silaturrahim.

16 - Saat salah seorang kerabat memiliki acara walimah atau lainnya, dia mengundang kerabatnya, baik dengan lisan, lewat surat undangan atau lewat telepon. Saat memberikan undangan ini, kadang ada salah seorang kerabat yang terlupakan. Sementara yang terlupakan ini orang yang berjiwa lemah atau sering berburuk sangka. Kemudian orang yang berjiwa lemah ini menafsirkan kealpaan kerabatnya ini sebagai sebuah kesengajaan dan penghinaan kepadanya. Buruk sangka ini menggiringnya untuk memutuskan silaturrahim.

17
- Kadang ada orang yang Allah anugerahkan padanya ilmu, wibawa, harta atau kecintaan dari orang lain. Dengan anugerah yang disandangnya, ia membantu kerabatnya serta melapangkan dadanya buat mereka. Karena perbuatan yang baik ini, kemudian ada di antara kerabatnya yang hasad kepadanya. Dia menanamkan bibit permusuhan, membuat kerabatnya yang lain meragukan keikhlasan orang yang berbuat kebaikan tadi, dan kemudian menebarkan benih permusuhan kepada kerabat yang berbuat baik ini.

18 - Sering bergurau memiliki beberapa efek negatif. Kadang kala ada kata yang terucap dari seseorang tanpa memperdulikan perasaan orang lain yang mendengarnya. Perkataan menyakitkan ini kemudian menimbulkan kebencian kepada orang yang mengucapkannya. Fakta seperti ini sering terjadi di antara kerabat karena mereka sering berkumpul. Ibnu Abdil Baar mengatakan, “Ada sekelompok ulama yang membenci senda gurau secara berlebihan. Karena akibatnya yang tercela, menyinggung harga diri, bisa mendatangkan permusuhan serta merusak tali persaudaraan.”

19
- Terkadang ada orang yang memiliki hobi merusak hubungan antar kerabat –iyadzan billah. Orang seperti ini sering menyusup ke tengah orang-orang yang saling mencintai. Dia ingin memisahkan dan mencerai-beraikan persatuan, serta mengacaukan perasaan hati yang telah menyatu. Betapa banyak tali silaturrahim terputus, persatuan menjadi berantakkan disebabkan oleh fitnah. Dan merupakan kesalahan terbesar dalam masalah ini, yaitu percaya dengan fitnah.

20 - Terkadang seseorang diuji dengan istri yang berperangai buruk. Sang istri tidak ingin perhatian suaminya terbagi kepada yang lain. Dia terus berusaha menghalangi suami agar tidak berziarah ke kerabat. Di hadapan suami, istri ini memuji kedatangan kerabat mereka ke tempat tinggal suami dan menghalangi suami untuk bertamu ke kerabatnya. Sementara itu, ketika menerima kunjungan dari kerabat, dia tidak memperlihatkan wajah gembira. Ini termasuk hal yang bisa menyebabkan terputusnya silaturrahim. Ada juga suami yang menyerahkan kendali kepada istrinya. Jika istri ridha kepada kerabat, dia menyambung silaturrahim dengan mereka. Jika istri tidak ridha, maka dia akan memutuskannya. Bahkan sampai-sampai sang suami tunduk kepada istrinya dalam berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya, padahal keduanya sangat membutuhkannya.

Demikian beberapa sebab yang bisa memutuskan tali silaturrahim. Sebagai orang yang beriman, kita harus menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan terputusnya tali silaturrahim ini. oleh karena itu, hendaklah kita menjaga silaturrahim, memupuknya, serta mencari sarana-sarana yang bisa mengokohkannya, agar tidak terkikis oleh derasnya arus budaya yang merusaknya.

Jangan Merasa Diri paling Shaleh

”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)

Dua orang laki-laki bersaudara. Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap di jalan perintis kemerdekaan,kawalu TASIKMALAYA :-))

Mereka hidup rukun, dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang ustadz. jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.

Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.

Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.

Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a.

Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. “

Sang adik mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:
“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
di dunia dan akhirat.”

Sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya.Dia telah salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan.

Cerita ini begitu menyen.......tuh , semoga dapat menjadikan hikmah bagi kita semua,Amiiin

Kembali kepada Allah SWT

Sesungguhnya umat yang jauh dari manhaj Alquran dan sunah adalah umat yang akan menuai kehancuran dan azab. Kita sebagai bangsa muslim, meskipun mendapat perlakuan zalim dari musuh-musuh Islam, masih saja banyak di antara kita yang berkecimpung dalam kesesatan dan enggan kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Mereka ini adalah orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam menzalimi pihak lain. Akibatnya, kerusakan tersebar di tengah kaum muslimin, pencurian merajalela, minum-minuman keras merebak, tempat-tempat bahaya menjadi sasaran, para wanita keluar dengan telanjang tanpa rasa malu dan perlindungan, dan zina pun marak. Padahal, Rasululah saw. telah bersabda yang artinya, "Apabila riba dan zina telah nampak dalam sebuah desa, mereka telah halal untuk mendapatkan azab Allah."

Apabila kita berkeinginan untuk merealisasikan prinsip ideal dalam sebuah masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Wahai Rab kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dan terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara jiwa kita dipenuhi dengan rasa iri, kebencian, dan permusuhan? Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara kita masih mabuk dalam luapan minuman keras? Apakah di sana ada kesempurnaan, sementara kita memakan daging sebagian kita dengan sebagian yang lain?

Bila kita ingin mengobati itu semua, merilah kita kembali kepada Allah Tabaraka wa Taala. Marilah kita lantunkan kalimat lailaaha Illallah muhammadar rasulullah. Marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah. Marilah kita mendidik diri kita dan anak-anak kita dengan pendidikan Islam. Marilah kita tolong-menolong atas dasar kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong atas dasar dosa dan permusuhan.

Marilah kita mengambil pelajaran dan nasihat dari para sahabat besar yang telah dididik Rasulullah saw. Di antaranya adalah seorang sahabat wanita mulia, Sahlah binti Mulhan, yang ketika menikah maharnya adalah kalimat tauhid "laa ilaaha illallah". Sebuah kalimat yang mampu menggoncang gunung-gunung.

Nabi Musa a.s. berkata, "Ya Rab, ajarilah aku sesuatu yang dengannya aku berdoa kepada-Mu dan menyebut-MU." Allah Tabaraka wa Taala berfirman, "Katakanlah, laa ilaaha illallah." Musa berkata, "Wahai Rab, semua hamba-Mu mengatakannya." Maka, Allah yang telah meninggikan langit tanpa tiang berfirman, "Hai Musa, demi izah dan kebesaran-Ku, seandainya langit yang tujuh dan siapa yang ada di dalamnya dan bumi-bumi dan siapa yang ada di dalamnya diletakkan dalam sebuah telapak dan saya meletakkan laa ilaaha illallah dalam telapak yang lain, maka akan condonglah telapak yang terdapat kalimat lailaaha lllallah."

Sahabat mulia, Sahlah binti Mulhan, menikah dengan Abu Thalhah dan Allah menganugerakan kepada mereka seorang anak. Mereka memberi nama anak ini dengan Umair. Suatu hari anak tersebut sakit keras. Sebelum Abu Thalhah berangkat bekerja, ia mencium anak itu. Tidak berapa lama kemudian Allah Yang Maha Kuasa pun memanggilnya. Marilah kita melihat apa yang dilakukan Sayyidah Sahlah r.a. ketika kematian telah menjemput anaknya! Apakah ia merobek-robek pakaiannya, apakah ia menampar pipinya? Apakah ia menyeru dengan seruan jahiliyah? Tidak, namun yang ia katakan adalah innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita semuanya milik Allah, dan kita semua akan kembali kepadanya), tidak ada tempat lari dari pertemuan kepada Allah.

"Kuburan adalah pintu dan semua manusia akan memasukinya. Wahai umurku, setelah pintu niscaya terdapat rumah. Rumah itu adalah rumah kenikmatan jika aku berbuat dengan yang apa diridhai Allah, namun bila aku menyelisihinya, neraka adalah tempat tinggalnya. Keduanya adalah tempat kembali. Tidak ada manusia yang tinggal selain di kedua tempat tersebut, maka lihatlah dirimu, rumah manakah yang engkau pilih? Seorang hamba bila beramal dan memberikan pemberian, maka tidak ada baginya kecuali surga Firdaus, sementara Rab itu Maha Pengampun."

Sahlah kemudian memandikan jasad anaknya, mengafani, dan menyolatkannya, setelah itu mengkuburkannya. Lalu, pada malam harinya suaminya pulang dari bekerja. Ia lalu mempersiapkan dirinya dan makanan untuk suaminya. Suaminya pun menikmati makanan yang dihidangkannya, lalu ia bertanya, "Bagaimanakah keadaan Umair, wahai istriku?" Perkataan yang sungguh menakjubkan, namun jawaban yang diberikan Sahlah jauh lebih menakjubkan. "Bagaimana keadaaannya?" Maka bagaimanakah jawaban yang diberikan sahabat yang telah mengikat tangan Rasulullah saw. ini? Ia berkata, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Umair tengah menikmati malam harinya, ia tidak merasakah lelah, ia tengah tidur dengan tenang."

Manakala Rasulullah saw. berada dalam sakaratul maut ia membasuh wajahnya dengan air yang dingin. Beliau berkata, "Subhanallah (maha suci Allah) sesungguhnya kematian saat-saat sekarat. Ya Allah, mudahkanlah sakaratul maut untuk kami." Saat itu sayyidah Fathimah tengah menangis, "Alangkah sedihnya wahai ayahanda." Rasulullah saw. kemudian bersabda, "Wahai Fathimah, tidak ada kesedihan atas ayahmu setelah hari ini."

Bilal bin Rabah tatkala berada dalam sakaratul maut, istrinya berkata, "Alangkah sedihnya." Bilal kemudian membuka matanya dan berkata, "Katakanlah, 'Alangkah gembiranya saya akan berjumpa denga para kekasihku, muhammad dan para sahabatnya'."

Tatkala Ibrahim a.s. tengah tidur di atas kasur kematiannya, datanglah malaikat pencabut nyawa. Ibrahim lalu berkata kepadanya, "Engkau datang ataukah akan menyabut nyawa wahai malaikat maut?" Malaikat maut menjawab, "Saya datang untuk mencabut nyawamu wahai kekasih Ar-Rahman." Maka, berkatalah Ibrahim, "Wahai malaikat maut, apa pendapatmu tentang seorang kekasih yang mematikan kekasihnya?" Maka, Allah Tabaraka wa Taala mewahyukan jawaban kepada malaikat maut. Berkatalah malaikat maut, "Wahai kekasih Ar-Rahman, As-Salam (Allah) membacakan salam kepadamu dan berkata kepadamu, 'Apakah pendapatmu tentang seorang kekasih yang enggan bertemu dengan kekasihnya?' Allah berfirman yang artinya, 'Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu daripadanya'." (Qaf: 19).

Marilah kita kembali kepada kisah Abu Thalhah, "Bagaimana keadaan Umair?" Sahlah lalu berkata kepadanya, "Ia tidur malam dengan tenang dan tidak merasakan lelah." Seandainya Sahlah adalah salah satu wanita yang hidup pada masa sekarang, maka dunia telah berbalik, atas menjadi bawah.

Akidah adalah dasar utama untuk mendidik jiwa. Akidah inilah yang mendidik jiwa merasakan pengawasan Allah SWT. Setelah itu mereka berdua tidur. Ketika Abu Thalhah hendak berangkat salat fajar ke masjid, ia bertanya kepada istrinya, "Di manakah Umair? Saya hendak menciumnya." Maka apakah jawaban yang diberikan Sahlah, apakah ia akan berdusta? Sungguh mereka tidak mengenal perkataan dusta dan bohong. Rasululalh telah mendidik mereka. Ia menjawab, "Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya saya dalam kesedihan." Abu Thalhah bertanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Tetangga telah meminjamkan sesuatu kepdaku, tetapi ia kemudian mengambilnya kembali." Abu Talhah berkata, "Apakah engkau akan sedih bila mereka mengambil titipanya?" Maka berkatalah Sahlah, "Apakah engkau akan sedih wahai Abu Thalhah bila Allah mengambil titipan-Nya dari kita?"

Maka saat itu tidak terdengar dari lisan Abu Thalhah, melainkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun. Ia kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan salat fajar berjamaah bersama Rasulullah saw. Setalah salat usai, ia menceritakan ucapan istrinya kepada Rasulullah. Maka, nampaklah senyum keridaan dari kedua bibir beliau, atas apa yang telah diperbuat Sahlah r.a., lalu beliau mendoakan Abu Thalhah. Doa yang membuka pintu langit yang tinggi. "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua wahai Aba Thalhah"

Seorang perawi hadis berkata, "Setelah itu saya menyaksikan Abu Thalhah memiliki 10 anak

LIHATLAH, SIAPA TEMANMU…!

“Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat- lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita.




“Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersamanya”

Wanita adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir bahwa, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu. Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman dalam hidup ini..?.


Namun wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan menjadikannya sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah lake. Seperti ungkapan “Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya”.


Bertolak dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman, juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek.


Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”.

(Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)1


Dari petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau sesak nafas, karena bau yang tak enak.


Maka alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati- ¬hatilah dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.


Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.

Maka perhatikanlah dengan detail teman-¬temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam

• ada teman yang bisa memberikan manfaat

• ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)

• dan ada yang bisa memberikan keutamaan.


Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)


Memang tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :


” Manusia itu adalah barang tambang seperti emas dan perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah adalah yang paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh- ruh itu seperti pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang tidak dikenal akan dijauhi ” (Riwayat Muslim)


Wanita muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib, tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih banyak daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi.


Maka Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria¬-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat- sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita.


Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).


Maka wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun secara lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang menjadi patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan kekayaan atau lainnya. “Pergaulan anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka”.


Oleh karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang¬-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”

(Al-Kahfi:28)


Footnote:

1.Al Bid’ah, Dr. Ali bin M. Nashir


Maraji :

• Hilyah tolabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaed

• Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah

• Bid’ah dhowabituha wa atsaruhas Sayyisil Ummah,

Dr. Ali Muhammad Nashir AlFaqih

• Sahsiyah Mar’ah, Dr M.Ali Al Hasyimi


Dikutip dari Buletin Dakwah Al-Atsari, Cileungsi Edisi X Sha’ban 1419